Tugas Makalah
PERSEPSI KONSUMEN
DI SUSUN OLEH
AGUNG
PUTU BUDIARTA
TISRA
PRATIWI
YULIANTI
AMINI
RISKI
SULSIANINGSIH
KADEK
MERTAJIWA
DINCE
ANGGRENI
M. SARI
|
REINALDI
RUSLAN
HERIANTO
DJUFRI
ASHAL
ARFA
KETUT
LASTAWA
WAYAN
SETIAWAN
SITI
AISAH
RISKI
REKEN
|
PROGRAM
STUDI EKONOMI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
ANDI DJEMMA
PALOPO
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah
SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan dari
dosen yang bersangkutan dan ada pun Tema makalah kami yaitu “kebijakan-kebijakan
dalam ekonomi pembangunan ’’ kami
menyadari bahwa sejak perencanaan sampai penulisan makalah ini selalu ada
hambatan yang dihadapi, namun semua itu dapat teratasi dengan baik berkat
bantuan dan motivasi dari berbagai pihak.
Dalam
penulisan makalah ini kami
merasa masih banyak kekurangan baik dari teknis penulisan maupun materi yang
disusun, mengingat akan kemampuan yang di miliki penulis atau penyusun. Untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat dibutuhkan penulis dan
harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata kami ucapan
semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi semua pihak khusunya mahasiswa jurusan Ekonomi
manajemen. Dan kami
berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan kepada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan bantuan ini sebagai ibadah,Amin yaa
rabbal alamin.
Palopo, 22 November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang ................................................................. xi
1.2.
Tujuan penulisan ............................................................. xii
1.3.
Manfaat penulisan ........................................................... xii
1.4.
Rumusan masalah ........................................................... xii
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
pembangunan ekonomi ................................... 1
2.2
. kebijakan-kebijakan dalam ekonomi pembngunan ............. 3
2.4.
hubungan antar kebijakan fiskal dangan moneter ............... 11
2.5.
kebijakan perdangan internasional ...................................... 11
2.6. Teori-teori dalam kebijakan ekonomi
pembangunan .......... 16
BAB III PENUTUP
3.1. kesimpulan ........................................................................... 20
3.2. saran
.................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses
kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan pendudukdan disertai dengan perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikankapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan
ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya
pertumbuhanekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Perbedaan
antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat
kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output
produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada
berbagaisektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.
1.2. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah ekonomi pembangunan.Tujuan
yang diharapkan adalah agar mahasiswa mengetahui bagaimana kebijakan-kebijakan
dalam ekonomi pembangunan khususnya di Indonesia, dengan melihat keadaan yang
terjadi di masyarakat.
1.3.
Manfaat penulisan
Makalah ini diharapkan memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umunya berupa ilmu mengenai kebijakan-kebijakan dalam ekonomi
pembangunan khususnya di Indonesia. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagi
referensi bagi pihak yang ingin mempelajari yang berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan dalam ekonomi pembangunan khususnya di Indonesia ini.
1.4. Rumusan Masalah
1.
Apa
Pengertian ekonomi pembangunan ?
2.
Bagaimana
Kebijakan-kebijakan dalam ekonomi pembangunan ?
3.
Bagaiman
Hubungan antara kebijakan fiskal dengan moneter ?
4.
Bagaimana
Kebijakan perdangan internasional ?
5.
Bagaimana
Teori-teoti dalam ekonomi pembangunan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ekonomi Pembangunan
Ekonomi pembangunan adalah suatu perluasan yang sangat penting dari ilmu
ekonomi tradisional dan polotik ekonomi.sementara ilmu ini mementingkan alokasi
sumber daya secara efisien dan pertumbuhan output yang baik.dan juga memusatkan
perhatian terutama kepada mekanisme perekonomian,sosial dan kelembagaan yang
diperlukan untuk menghasilkan perbaikan taraf hidup yang cepat dalam skala
besar bagi sejumlah orang.strategi pembangunan masa lalu yang berupaya untuk
meningkatkan hasil pertanian, menciptakan lapangan kerja, dan menghilangkan
kemiskinan sangat sering gagal karena para ekonom dan para penasehat kebijakan
yang lainnya tidak melihat perekonomian sebagai suatu sistem sosial yang saling
bergantung satu sama lain yang kekuatannya berinteraksi secara terus
menerus,sesekali bersama dan pada waktu yang lainnya berkontradiksi.
2.1.1 Kebutuhan yang diperlukan oleh ekonomi
pembangunan
ü
perhatian dari masyarakat maupun
pemerintah untuk memicu keberhasilan perekonomian
ü
kesadaran masyarakat akan pentingnya
membayar pajak untuk membantu pembangunan ekonomi lebih baik.
ü
cinta akan produk sendiri
ü
menggalakan kemiskinan menegakkan hukum
demi citra bangsa yang lebih baik
ü
membuat lapangan pekerjaan lebih baik lagi demi kemajuan.
2.1.2 Cakupan ekonomi pembangunan
cakupan ekonomi pembangunan adalah semua masalah yang di hadapi oleh suatu
negara dalam peningkatan ekonomi untuk pengembangan atau peningkatan
pembangunan.meskipun perencanaan pembangunan merupakan aspek penting dalam
kebijakan ekonomi negara-negara dunia ketiga,namun pengambilan keputusan
sehari-hari pemerintah negara-negara berkembang biasanya tidak terencana dan
seringkali memberikan tanggapan secara ad hoc terhadap krisis ekonomi yang
muncul dan tidak terduga.dalam rangka tujuan pembangunan yang luas.
2.1.3 Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
Ekonomi pembangunan adalah cabang ilmu ekonomi yang yang menganalisis
masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang dan mendapatka
cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut supaya negara-negara
berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat lagi. pembangunan
ekonomi adalah suatu proses yang mengakibatkan pendapatan perkapita penduduk
meningkat dalam jangka panjang analisis ekonomi pembangunan = permasalahan
negara sedang berkembang ekonomi pembangunan merupakan cabang ilmunya,sedangkan
pembangunan ekonomi adalah sebagai suatu proses yang mendorong GNP per kapita
atau pendapatan masyarakat naik dalam periode waktu yang panjang
dari definisi ini terkandung tiga unsur penting dari pembangunan ekonomi yaitu:
dari definisi ini terkandung tiga unsur penting dari pembangunan ekonomi yaitu:
1.
pembangunan ekonomi berupaya untuk
meningkatkan pendapatan perkapita atau GNP per kapita masyarakat.
2.
pembangunan ekonomi mengandung suatu
proses perubahan terus-menerus
3.
Upaya untuk meningkatkan pendapatan
perkapita terus harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Dalam hal
ini unsur yang paling penting dalam pembangunan ekonomi adalah unsur
masyarakat,konsep penting lain dibahas adalah literatur2 ekonomi pembangunan
adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menekankan pada proses kenaikan
GNP atau GDP tanpa penekanan pada peningkatan angka GNP/GDP tanpa memperhatikan
pertambahan penduduk memungkinkan terjadinya kekeliruan dalam memahami kegiatan
ekonomi.
2.2. Kebijakan-Kebijakan Dalam
Ekonomi Pembangunan
Dalam menjaga dan memperbaiki kegiatan perekonomian di
Indonesia pemerintah mempunyai berbagai macam kebijakan.di bawah ini berbagai
macam kebijakan yang di lakukan pemerintah dalam perekonomian Indonesia antara
lain :
2.2.1 Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam
mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang
diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian.
Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta
terjadinya peningkatan output keseimbangan. Dengan kata lain,Kebijakan moneter
adalah proses di mana pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu
negara kontrol suplai uang, ketersediaan uang,dan biaya uang atau suku bunga
untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi.
Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara
tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam,
dan pasokan total uang. Kebijakan moneter menggunakan berbagai alat untuk
mengontrol salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan
ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana
mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau dimana ada sistem diatur
menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral,
otoritas moneter memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan
dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga (untuk mencapai kebijakan gol).
2.2.2 Jenis-jenis
kebijakan Moneter
1) Inflasi
penargetan
Berdasarkan pendekatan kebijakan target adalah untuk
menjaga inflasi , di bawah sebuah definisi tertentu seperti Indeks Harga
Konsumen , dalam kisaran yang diinginkan. Target inflasi ini dicapai melalui
penyesuaian berkala kepada Bank Sentral suku bunga target. Tingkat bunga yang
digunakan adalah umumnya tingkat antar bank di mana bank meminjamkan kepada
satu sama lain semalam untuk keperluan arus kas. Tergantung pada negara ini
tingkat bunga tertentu yang bisa disebut uang bunga atau sesuatu yang serupa.
2) Harga
Penargetan Tingkat
Harga penargetan tingkat mirip dengan inflation
targeting kecuali bahwa pertumbuhan CPI dalam satu tahun atas atau di bawah
target tingkat harga jangka panjang adalah offset pada tahun-tahun berikutnya
sehingga tingkat harga yang ditargetkan tercapai dari waktu ke waktu, misalnya
lima tahun, memberikan kepastian lebih lanjut tentang masa depan kenaikan harga
kepada konsumen. Dalam inflation targeting apa yang terjadi pada tahun-tahun
terakhir segera tidak diperhitungkan atau disesuaikan dalam tahun berjalan dan
masa depan.
3) Agregat
Moneter
Pada 1980-an, beberapa negara menggunakan pendekatan
yang didasarkan pada pertumbuhan konstan dalam jumlah uang beredar. Pendekatan
ini disaring untuk memasukkan kelas yang berbeda dari uang dan kredit (M0, M1
dll). Di Amerika Serikat ini pendekatan kebijakan moneter dihentikan dengan
pemilihan Alan Greenspan sebagai Ketua Fed. Pendekatan ini juga kadang-kadang
disebut monetarisme . Sementara kebijakan yang paling moneter berfokus pada
sinyal harga satu bentuk atau lain, pendekatan ini difokuskan pada jumlah
moneter.
4) Nilai Tukar
Tetap
Kebijakan ini didasarkan pada mempertahankan nilai
tukar tetap dengan mata uang asing. Ada berbagai tingkat nilai tukar tetap,
yang dapat peringkat dalam kaitannya dengan cara kaku kurs tetap adalah dengan
bangsa jangkar. Di bawah sistem nilai fiat tetap, pemerintah daerah atau
otoritas moneter menyatakan nilai tukar tetap tetapi tidak aktif membeli atau
menjual mata uang untuk mempertahankan tingkat. Sebaliknya, tingkat dipaksakan
oleh-konvertibilitas tindakan-tindakan non (misalnya kontrol modal , impor /
lisensi ekspor, dll). Dalam hal ini ada tingkat pasar gelap tukar dimana
perdagangan mata uang pada pasar / nilai tidak resmi.
Kebijakan ini sering turun tahta kebijakan moneter
dengan otoritas moneter asing atau pemerintah sebagai kebijakan moneter di
negara mengelompokkan harus menyelaraskan dengan kebijakan moneter dalam
jangkar bangsa untuk mempertahankan nilai tukar. Tingkat dimana kebijakan
moneter lokal menjadi tergantung pada jangkar bangsa tergantung pada
faktor-faktor seperti mobilitas modal, keterbukaan, saluran kredit dan faktor
ekonomi lainnya. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur
dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan
Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka
menambah jumlah uang yang beedar.
2. Kebijakan
Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam
rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang
ketat (tight money policy).
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan
instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :
ü
Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang
yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli
surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau
singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga
Pasar Uang.
ü
Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang
beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum
terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral.
Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank
sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang
beredar berkurang.
ü
Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang
beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan
pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio.
ü
Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.
Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar
bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar
pada perekonomian.
2.2.3
Kebijakan fisikal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh
oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan
pembangunan. Atau dengan kata lain, Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan
ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik
dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini
mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun
kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Pada sektor rumah tangga(RTK), dimana rumah
tangga melakukan pembelian barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
untuk konsumsi daan mendapatkan pendapatan berupa gaji, upah, sewa, dividen,
bunga, dll dari perusahaan. kegiatan ekonomi dengan Pemerintah adalah rumah
tangga menyetorkan sejumah uang sebagai pajak dan menerima penerimaan berupa
gaji, bunga, penghasilan non balas jasa, dll. Sedangkan dengan Dunia
Internasional adalah rumah tangga mengimpor barang dan jasa dari luar negeri
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pengaruh krisis ekonomi pada kebijakan fiskal, dimana
Berdasarkan AD/ART pemerintah negara Indonesia, sebagaimana yang dipublikasikan
oleh BI, untuk semester pertama tahun anggaran 2000 terlihat bahwa telah
terjadi defisit anggaran yang disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk
subsidi dan pembayaran bunga hutang. Meski sebenarnya terjadi peningkatan
penerimaan, namun ternyata besarnya peningkatan penerimaan masih jauh lebih
rendah dibanding peningkatan pengeluaran. Dominasi kebijakan moneter dibanding
kebijakan fiskal dan deregulasi sektor riil menyebabkan terjadinya kebijakan
makro ekonomi yang tidak seimbang. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan
dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak
jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi.
Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan
industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak
akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara
umum.
1). Kebijakan
Anggaran / Politik Anggaran
a) Anggaran
Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif. Anggaran defisit adalah
kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan
negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan
jika keaadaan ekonomi sedang resesif.
b) Anggaran
Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif. Anggaran surplus adalah
kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk
menurunkan tekanan permintaan.
c) Anggaran
Berimbang (Balanced Budget). Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah
menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran
berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.
2.4. Hubungan Antara Kebijakan Fiskal Dan Moneter
Sebagaiman
kita ketahui bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar
surat berharga, dan pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi
rendahnya tingkat bunga, dan tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat.
Kebijakan fiskal akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran
agregat, yang pada giliranya permintaan dan penawaran agregat itu akan
menentukan keadaan di pasar barang dan jasa. Kondisi di pasar barang dan jasa
ini akan menentukan tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat
pendapatan dan tingkat upah yang di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan
balik yaitu pendapatan akan memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat
dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar
uang serta pasar surat berharga.
2.5. Kebijakan perdagangan internasional
Pengertian Perdagangan internasional adalah
perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara
lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa
antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah
negara lain.
2.5.1 Kebijakan perdagangan bebas
Kebijakan ini menghendaki perdagangan
internasional berlangsung tanpa adanya hambatan apapun dari pemerintah, baik
hambatan tariff maupun hambatan kuota.
2.5. 2 Kebijakan proteksi
Ada dua alasan kuat yang mendorong
lahirnya kebijakan proteksionisme, yaitu melindungi perekonomian domestik dari
tindakan negara atau perusahaan asing yang tidak adil, dan melindungi
industri-industri domestik yang baru berdiri (infant industry).
Industri-industri domestik yang baru berdiri biasanya memiliki struktur biaya
yang masih tinggi, sehingga sulit bersaing dengan industri asing yang memiliki
struktur biaya rendah (karena sudah memiliki skala ekonomi yang besar).
Proteksi bertujuan untuk melindungi industri domestik yang sedang berada dalam
tahap perkembangan. Proteksi ini memberi kesempatan kepada industri domestik
untuk belajar lebih efisien dan memberi kesempatan kepada tenaga kerjanya untuk
memperoleh keterampilan. Kebijakan proteksi biasanya bersifat sementara. Ada
banyak hambatan yang digunakan sebagai instrument kebijakan proteksionis. Hambata
itu bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri terhadap persaingan luar
negeri. Bentuk hambatan proteksionis dalam perdagangan luar negeri tersebut,
yaitu sebagai berikut :
1.
Tarif
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap
barang yang diperdagangkan. Efek kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan
harga barang. Tarif yang paling umum adalah tarif atas barang-barang impor atau
yang biasa disebut bea impor. Tujuan dari bea impor adalah membatasi permintaan
konsumen terhadap produk-produk impor dan mendorong konsumen menggunakan produk
domestik. Semakin tinggi tingkat proteksi suatu negara terhadap produk
domestiknya, semakin tinggi pula tarif pajak yang dikenakan. Perbedaan utama
antara tarif dan proteksi lainnya adalah bahwa tarif memberikan pemasuka kepada
pemerintah sedangkan kuota tidak.
2.
Kuota
Kuota adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diperdagangkan. Ada tiga macam kuota, yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota ekspor. Kuota impor adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor, kuota produksi adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diproduksi, dan kuota ekspor adalah pembatasan jumlah barang yang diekspor. Tindakan untuk membatasi atau mengurangi jumlah barang impor ada yang diakukan secara sukarela yang disebut sebagai pembatasan ekspor sukarela (Voluntary Export Restriction = VER). VER adalah kesepakatan antara negara pengekspor untuk membatasi jumlah barang yang dijualnya ke negara pengimpor.Tujuan dari kuota ekspor adalah untuk keuntungan negara pengekspor, agar dapat memperoleh harga yang lebih tinggi. Kuota produksi bertujuan untuk mengurangi jumlah ekspor. Dengan demikian, diharapkan harga di pasaran dunia dapat ditingkatkan.
Tujuan utama pelaksanaan kuota adalah untuk melindungi produksi dalam negeri dari serbuan-serbuan luar negeri.
Kuota adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diperdagangkan. Ada tiga macam kuota, yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota ekspor. Kuota impor adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor, kuota produksi adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diproduksi, dan kuota ekspor adalah pembatasan jumlah barang yang diekspor. Tindakan untuk membatasi atau mengurangi jumlah barang impor ada yang diakukan secara sukarela yang disebut sebagai pembatasan ekspor sukarela (Voluntary Export Restriction = VER). VER adalah kesepakatan antara negara pengekspor untuk membatasi jumlah barang yang dijualnya ke negara pengimpor.Tujuan dari kuota ekspor adalah untuk keuntungan negara pengekspor, agar dapat memperoleh harga yang lebih tinggi. Kuota produksi bertujuan untuk mengurangi jumlah ekspor. Dengan demikian, diharapkan harga di pasaran dunia dapat ditingkatkan.
Tujuan utama pelaksanaan kuota adalah untuk melindungi produksi dalam negeri dari serbuan-serbuan luar negeri.
3.
Dumping dan Diskriminasi harga.
Praktik diskriminasi harga secara
internasional disebut dumping, yaitu menjual barang di luar negeri dengan harga
yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya produksi.
Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan
negara pengimpor, terutama menguntungkan konsumen mereka. Namun, negara
pengimpor kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar
negeri ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan
anti dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau sering disebut
counterveiling duties.
4.
Subsidi
Kebijakan subsidi biasanya diberika untuk menurunkan biaya produksi barang domestik, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan bersaing di pasar internasional. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong jumlah ekspor, karena eksportir dapat menawarkan harga yang lebih rendah. Harga jual dapat diturunkan sebesar subsidi tadi. Namun tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat menjurus kea rah perang subsidi. Hal ini karena semua negara ingin mendorong ekspornya dengan cara memberikan subsidi.
Kebijakan subsidi biasanya diberika untuk menurunkan biaya produksi barang domestik, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan bersaing di pasar internasional. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong jumlah ekspor, karena eksportir dapat menawarkan harga yang lebih rendah. Harga jual dapat diturunkan sebesar subsidi tadi. Namun tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat menjurus kea rah perang subsidi. Hal ini karena semua negara ingin mendorong ekspornya dengan cara memberikan subsidi.
5 Larangan impor.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk asing ke
dalam pasar domestik. Kebijakan ini biasanya dilakukan karena alasan politik
dan ekonomi.
2.5.3 Manfaat
Perdangan Internasional
§
Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di
negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiapnegara.Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiapnegara.Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
§
Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.
Sebab utama kegiatan perdagangan luar
negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi.
Walaupun suatu negara dapat memproduksi
suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi
ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari
luar negeri.
§
Memperluas pasar dan menambah keuntungan.
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal
karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan
turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha
dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk
tersebut keluar negeri.
§
Transfer teknologi modern.
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu
negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.
2.6. Teori-teori dalam kebijakan ekonomi pembangunan
a)
Teori Natural Rate Hypothesis, yang
percaya bahwa kebijakan hanya akan efektif dan memberi dampak dalam jangka
pendek saja, namun tidak akan efektif untuk jangka panjang.
b)
Teori Rational Expectation Hypothesis, yang
percaya bahwa baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, kebijakan
moneter tidak akan efektif untuk memberi pemahaman yang lebih baik mengenai
kedua teori tersebut, perhatikan contoh kasus berikut ini. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, untuk meningkatkan aktivitas ekonomi melalui peningkatan
konsumsi masyarakat, pemerintah akan menempuh kebijakan ekspansif (kebijakan
moneter longgar). Teori-teori moneter yang memberikan kontribusi bagi
pematangan konsep ini meliputi teori klasik hingga teori modern, antara lain:
Ø
Teori Klasik >< Teori Keynes.
Menurut teori Klasik, kebijakan moneter tidak berpengaruh terhadap sektor riil.
Sedangkan menurut teori Keynes, sektor moneter dan sektor riil saling terkait
melalui suku bunga. Berdasarkan perkembangan teori dan pengalaman empirik,
disimpulkan bahwa dalam jangka panjang teori yang sesuai untuk dipergunakan
adalah teori Klasik, sedangkan dalam jangka pendek teori Keynes lebih tepat.
Kebijakan moneter hanya mempunyai dampak permanen pada tingkat harga umum
(inflasi). Dengan kata lain bahwa pembenahan sektor ekonomi dapat dilakukan
dengan cara pengendalian inflasi.
Ø
Teori klasik modern >< Teori
Keynes. Salah satu penganut teori klasik modern, Milton Friedman, mengemukakan
bahwa kebijakan rule lebih baik dibanding discretion. Pendapat tersebut bertolak
belakang dengan teori Keynes. Kemudian, untuk menentukan pilihan atas rule vs
discretion, target inflasi menawarkan suatu framework yang mengkombinasikan
keduanya secara sistematis, yang disebut dengan constrained discretion. Karena
pada dasarnya, dalam praktik kebijakan moneter tidak ada yang murni rules
ataupun murni discretion.
Ø
Teori kuantitas >< Teori Keynes.
Teori Keynes mempergunakan tingkat bunga sebagai sasaran antara, sedangkan dalam teori kuantitas digunakan jumlah uang beredar. Penggunaan sasaran antara, baik berupa tingkat bunga maupun kuantitas uang, akan menyebabkan pembatasan diri terhadap informasi. Guna menghindarkan polemik ini, kebijakan target inflasi menentukan inflasi sebagai sasaran akhir. Dengan demikian target inflasi menggunakan mekanisme transmisi yang relevan, tidak harus tingkat bunga ataupun kuantitas uang. Dengan mengambil inflasi sebagai sasaran akhir, otoritas moneter dapat lebih bebas dan lebih fleksibel dalam menggunakan semua data dan informasi yang tersedia untuk mencapai sasaran, karena inflasi dipengaruhi bukan hanya oleh satu faktor.
Teori Keynes mempergunakan tingkat bunga sebagai sasaran antara, sedangkan dalam teori kuantitas digunakan jumlah uang beredar. Penggunaan sasaran antara, baik berupa tingkat bunga maupun kuantitas uang, akan menyebabkan pembatasan diri terhadap informasi. Guna menghindarkan polemik ini, kebijakan target inflasi menentukan inflasi sebagai sasaran akhir. Dengan demikian target inflasi menggunakan mekanisme transmisi yang relevan, tidak harus tingkat bunga ataupun kuantitas uang. Dengan mengambil inflasi sebagai sasaran akhir, otoritas moneter dapat lebih bebas dan lebih fleksibel dalam menggunakan semua data dan informasi yang tersedia untuk mencapai sasaran, karena inflasi dipengaruhi bukan hanya oleh satu faktor.
Ø
Teori rational expectations.
Teori rational expectations menyebutkan
bahwa faktor ekspektasi mempunyai peran penting, karena mempengaruhi perilaku
dan reaksi para pelaku ekonomi terhadap suatu kebijakan. Kebijakan moneter
hanya dapat mempengaruhi output dalam jangka pendek, karena setelah ekspektasi
masyarakat berperan, output akan kembali seperti semula. Ekspektasi masyarakat
inilah yang menjadi kunci keberhasilan yang harus dapat dikendalikan. Dengan
penerapan target inflasi dalam kebijakan moneter, diharapkan dapat menjadi
pedoman bagi ekspektasi masyarakat.
Ø
Teori moneter modern.
Dalam perkembangan selanjutnya, teori
moneter modern memasukkan aspek kredibilitas yang bersumber dari masalah time
inconsistency. Artinya bahwa inkonsistensi dalam kebijakan moneter dapat
terjadi apabila otoritas moneter terpaksa harus mengorbankan sasaran jangka
panjang (inflasi) demi mencapai sasaran lain dalam jangka pendek
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat penyusun
simpulkan bahwa Kebijakan fiskal dan moneter adalah kebijakan yang di lakukan
dengan tujuan untuk mengelola isi permintaan barang dan jasa, untuk
mempertahankan produksi Yang mendekati full employment dan untuk mempertahankan
tingkat harga barang dan jasa agar inflasi dan deflasi tidak terjadi.Bagi
negara sedang berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara pendapatan
negara yang sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan untuk menyediakan
barang dan jasa serta membelanjai pengeluaran yang lainya lebih besar.
Sedangkan kebijakan campuran adalah merupakan campuran daari dua kebijakan
bdiatas yang di lakukan dengan cara mengubah pengeluaran, pengenaan pajak
ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama
3.2. Saran
o
Sebagai warga negara Indonesia, kita
harus turut serta mendukung pelaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat
oleh pemerintah.
o
Kita juga bisa menyampaikan saran atau
kritikan kepada pemerintah melalui kotak suara yang telah disediakan atau
melalui media lain.
o
Dalam membuat suatu kebijakan, pemerintah juga harus memikirkan dampak dari
kebijakan tersebut untuk kesejaheraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin.
1992. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta:STIE YKPN
Djojohadikusumo, Sumitro. 1975. Ekonomi Indonesia. Bandung.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1975. Ekonomi Indonesia. Bandung.
Herrick dan
Kindleberger. 1983. Economic Development. Tokyo: McGraw Hill Kogakhusa.
Irawan dan suparmoko. 1987. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta. Liberty.Sukirno, Sadono. 1981. Ekonomi Pembangunan. Medan: Berta Gerat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar